Batu Mulia Wonogiri Selatan
DERETAN pegunungan kapur Wonogiri menyimpan potensi yang luar biasa. Dalam lapisan tanah dan bebatuan gunung itu terpendam sebuah ”harta karun”. Beberapa jenis batuan dapat diolah menjadi berbagai perhiasan.
Cukup dipoles sedikit, jadilah ia berkilauan, seakan menyala ditimpa sinar matahari. Ya, daerah itu mengandung banyak batu alam dan batu mulia yang bisa disulap menjadi batu-batu hias. Beragam jenis batu mulia dapat dijumpai. Seperti batu Jasper, Agate, Carnelian, Kuarsa, hingga batu fosil kayu yang berumur jutaan tahun. Selain ditemukan di alam, batuan itu juga kerap dijumpai di tanah pekarangan warga.
Ketika masih teronggok di pekarangan atau tersembunyi di antara tumpukan bebatuan, penampilannya tidak terlalu mencolok. Namun berkat tangan dingin perajin, nilainya menjulang tinggi, mulai seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hadi Sutrisno (42), seorang perajin batu alam Dukuh Giritengah RT3 RW2 Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri mengatakan, batu-batu mulia itu dapat dijumpai di wilayah Wonogiri. Paling banyak adalah batu Jasper merah. Namun, para perajin terkadang juga mendatangkan batu Jasper kuning dari Pacitan (Jatim).
Batu Jasper berasal dari batuan kars atau kapur yang telah berusia jutaan tahun. Tingkat kekerasannya mencapai 6,5 Skala Mohs. Kekerasannya jauh lebih tinggi dari batu kapur biasa namun di bawah kuarsa. Batu itu dapat dipoles menjadi berbagai asesoris, hiasan taman, atau hiasan interior ruangan. Pria yang telah enam tahun menekuni kerajinan batu alam itu mengungkapkan, batu hias jenis Jasper kini diminati. Kerajinan batu alam itu menggantikan batu akik yang surut sejak krisis moneter 1997 silam.
Berbeda dari akik, kerajinan batu alam dibuat dalam bongkahan-bongkahan ukuran besar. Mulai sebesar bola sepak sampai seukuran meja makan. Batu itu digerinda dan diampelas. Satu bongkah batu besar membutuhkan waktu beberapa hari. Hasilnya, batu menjadi kinclong berkilauan seperti kaca. ”Untuk menyalakan (mengkilapkan) batu butuh waktu 3-6 hari,” ujarnya.
Batu-batu Jasper merah, Jasper kuning, ataupun fosil kayu dipoles tanpa mengubah bentuk aslinya. Guratan atau tonjolan-tonjolan batu itu tidak dihilangkan, namun justru ditampakkan. Tidak jarang pembeli memesan bentuk sesuai dengan keinginannya.
Kendala Listrik
Walyono (46), pemilik Kelompok Usaha Bersama (KUB) Permata Sari Desa Wates RT2 RW5 Kelurahan Giriwoyo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri mengatakan, para perajin daerah itu juga membuat perhiasan dan asesoris dari batu Obsidian. Hanya saja, batu Obsidian harus didatangkan dari Sukabumi, Sumatera, Kalimantan, atau Papua. Harga bahan baku Obsidian berkisar Rp 8.000/kg.
Batu-batu Obsidian dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Semisal untuk kalung, gelang, atau giwang. Ada pula yang dijadikan asesoris berbentuk buah-buahan dan binatang. Harga produk itu bervariasi, antara Rp 10.000 - 160.000/buah. Pasarnya mencapai Bali, Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. ”Pokoknya ke kota-kota yang banyak turisnya,” katanya.
Meski demikian, perajin mengalami kendala. Yakni masalah listrik dan peralatan. Mereka membutuhkan listrik dan peralatan yang lebih memadai untuk memenuhi permintaan. Sebab, permintaan batu mulia itu sangat besar. Tidak jarang, dia menerima pesanan lebih dari 3.000 buah, sementara kemampuan produksi dalam situasi normal baru 2.500 buah/bulan.
Daerah itu juga memiliki Unit Bina Industri Batu Mulia (Ubibam) Sri Giri Sejati di Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Perusahaan yang berdiri sejak 1989 itu menghasilkan produk perhiasan, kerajinan, dan asesoris dari batu-batuan. Meski demikian, perusahaan itu mengalami kendala permodalan.
Manajer Ubibam, Sugiyanto mengungkapkan, permodalan menjadi masalah utama, seperti halnya perajin skala rumah tangga. Padahal, permintaan sangat tinggi. Pihaknya bahkan tidak mampu memenuhi permintaan dari Malaysia. Sebab, biaya operasional seperti pengiriman barang, perekrutan tenaga kerja, sampai pembelian bahan baku sangat tinggi.
Kabid Perindustrian Disperindagkop Wonogiri, Gunawan SIP mengatakan, potensi kerajinan batu mulia di Wonogiri sebenarnya sangat besar. Hanya saja, para perajin itu terkendala permodalan. Terutama kejelasan status bagi Ubibam. Selama ini perusahaan itu belum pernah menerima penyertaan modal dari APBD. Padahal, order berdatangan dari berbagai daerah, seperti Bali, Semarang, Jakarta, Bandung.
Sumber : suaramerdeka.com
Cukup dipoles sedikit, jadilah ia berkilauan, seakan menyala ditimpa sinar matahari. Ya, daerah itu mengandung banyak batu alam dan batu mulia yang bisa disulap menjadi batu-batu hias. Beragam jenis batu mulia dapat dijumpai. Seperti batu Jasper, Agate, Carnelian, Kuarsa, hingga batu fosil kayu yang berumur jutaan tahun. Selain ditemukan di alam, batuan itu juga kerap dijumpai di tanah pekarangan warga.
Ketika masih teronggok di pekarangan atau tersembunyi di antara tumpukan bebatuan, penampilannya tidak terlalu mencolok. Namun berkat tangan dingin perajin, nilainya menjulang tinggi, mulai seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hadi Sutrisno (42), seorang perajin batu alam Dukuh Giritengah RT3 RW2 Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri mengatakan, batu-batu mulia itu dapat dijumpai di wilayah Wonogiri. Paling banyak adalah batu Jasper merah. Namun, para perajin terkadang juga mendatangkan batu Jasper kuning dari Pacitan (Jatim).
Batu Jasper berasal dari batuan kars atau kapur yang telah berusia jutaan tahun. Tingkat kekerasannya mencapai 6,5 Skala Mohs. Kekerasannya jauh lebih tinggi dari batu kapur biasa namun di bawah kuarsa. Batu itu dapat dipoles menjadi berbagai asesoris, hiasan taman, atau hiasan interior ruangan. Pria yang telah enam tahun menekuni kerajinan batu alam itu mengungkapkan, batu hias jenis Jasper kini diminati. Kerajinan batu alam itu menggantikan batu akik yang surut sejak krisis moneter 1997 silam.
Berbeda dari akik, kerajinan batu alam dibuat dalam bongkahan-bongkahan ukuran besar. Mulai sebesar bola sepak sampai seukuran meja makan. Batu itu digerinda dan diampelas. Satu bongkah batu besar membutuhkan waktu beberapa hari. Hasilnya, batu menjadi kinclong berkilauan seperti kaca. ”Untuk menyalakan (mengkilapkan) batu butuh waktu 3-6 hari,” ujarnya.
Batu-batu Jasper merah, Jasper kuning, ataupun fosil kayu dipoles tanpa mengubah bentuk aslinya. Guratan atau tonjolan-tonjolan batu itu tidak dihilangkan, namun justru ditampakkan. Tidak jarang pembeli memesan bentuk sesuai dengan keinginannya.
Kendala Listrik
Walyono (46), pemilik Kelompok Usaha Bersama (KUB) Permata Sari Desa Wates RT2 RW5 Kelurahan Giriwoyo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri mengatakan, para perajin daerah itu juga membuat perhiasan dan asesoris dari batu Obsidian. Hanya saja, batu Obsidian harus didatangkan dari Sukabumi, Sumatera, Kalimantan, atau Papua. Harga bahan baku Obsidian berkisar Rp 8.000/kg.
Batu-batu Obsidian dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Semisal untuk kalung, gelang, atau giwang. Ada pula yang dijadikan asesoris berbentuk buah-buahan dan binatang. Harga produk itu bervariasi, antara Rp 10.000 - 160.000/buah. Pasarnya mencapai Bali, Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. ”Pokoknya ke kota-kota yang banyak turisnya,” katanya.
Meski demikian, perajin mengalami kendala. Yakni masalah listrik dan peralatan. Mereka membutuhkan listrik dan peralatan yang lebih memadai untuk memenuhi permintaan. Sebab, permintaan batu mulia itu sangat besar. Tidak jarang, dia menerima pesanan lebih dari 3.000 buah, sementara kemampuan produksi dalam situasi normal baru 2.500 buah/bulan.
Daerah itu juga memiliki Unit Bina Industri Batu Mulia (Ubibam) Sri Giri Sejati di Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Perusahaan yang berdiri sejak 1989 itu menghasilkan produk perhiasan, kerajinan, dan asesoris dari batu-batuan. Meski demikian, perusahaan itu mengalami kendala permodalan.
Manajer Ubibam, Sugiyanto mengungkapkan, permodalan menjadi masalah utama, seperti halnya perajin skala rumah tangga. Padahal, permintaan sangat tinggi. Pihaknya bahkan tidak mampu memenuhi permintaan dari Malaysia. Sebab, biaya operasional seperti pengiriman barang, perekrutan tenaga kerja, sampai pembelian bahan baku sangat tinggi.
Kabid Perindustrian Disperindagkop Wonogiri, Gunawan SIP mengatakan, potensi kerajinan batu mulia di Wonogiri sebenarnya sangat besar. Hanya saja, para perajin itu terkendala permodalan. Terutama kejelasan status bagi Ubibam. Selama ini perusahaan itu belum pernah menerima penyertaan modal dari APBD. Padahal, order berdatangan dari berbagai daerah, seperti Bali, Semarang, Jakarta, Bandung.
Sumber : suaramerdeka.com
Posting Komentar