Keripik Tempe Jadi Andalan Desa Ngadiroyo
Solopos.com–Salah satu jenis makanan kecil yang
terkenal dari Wonogiri adalah keripik tempe. Banyak desa menjadi
penghasil camilan yang laris setiap Lebaran ini, salah satunya Desa
Ngadiroyo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri.
Ada sedikitnya delapan warga yang mengembangkan usaha pembuatan keripik tempe di desa yang terkenal dengan Gunung Pegat-nya ini. Salah satu warga tersebut adalah Sakijo. Di rumahnya yang berada di Dusun Pojok, tiap hari Sakijo dibantu isterinya membuat keripik tempe dan beberapa jenis makanan kecil lain di antaranya keripik pisang.
“Kami sudah menjalankan usaha ini sejak sekitar 15 tahun lalu. Dari usaha inilah kami menghidupi keluarga dan membayai pendidikan ketiga anak kami. Memang hanya kecil-kecilan tapi ini telah menjadi sumber penghidupan kami,” ungkap Ny Sakijo, saat ditemui Espos di rumahnya, Minggu (31/7/2011).
Ny Sakijo menambahkan selama kurun waktu 15 tahun menjalankan usaha keripik tempe itu, ia telah mendapat pangsa pasar tidak hanya di lingkungan sekitar tetapi juga merambah ke sejumlah kecamatan lain. Tiap hari, Ny Sakijo mengaku menghabiskan sekitar 5 kg kedelai yang dibuatnya menjadi tempe kemudian dibuat keripik. Jumlah produksi itu akan meningkat menjadi 8 kg/hari ketika semakin mendekati Lebaran.
Kepala Desa Ngadiroyo, Suharno, saat ditemui Espos di kediamannya, kemarin mengungkapkan dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan untuk pertanian, penduduk di desanya yang berjumlah 692 keluarga (2.050 jiwa) itu memang banyak yang mengandalkan penghidupan dari industri kecil.
“Di desa ini ada yang menjadi pengusaha keripik tempe maupun tempe sayur, industri tahu, rempeyek dan sejumlah jenis makanan kecil lain. Semuanya memang masih sebatas industri rumah tangga,” katanya.
Potensi lainnya, kata Suharno, berupa hasil palawija seperti kacang dan ketela pohon. Perikanan juga cukup memberi harapan. Ada beberapa puluh warga yang mengandalkan hidup dengan menjadi nelayan di perairan Waduk Gajah Mungkur, yang berjarak cukup dekat dengan desa itu di sebelah barat.
“Baru-baru ini nelayan kami mendapat bantuan dua buah perahu dan beberapa jaring. Kami mengupayakan untuk mendapat bantuan lagi agar nelayan cukup terbantu,” kata Suharno.
Desa Ngadiroyo terdiri atas delapan dusun, yakni Sengon, Pencol, Pojok, Ngadiroyo, Rejosari, Tritis, Ngelo dan Serayu. Di sebelah selatan, desa ini berbatasan dengan Desa Bumiharjo, sebelah timur dengan Desa Ngadipiro, sebelah barat dengan Desa Pondoksari dan sebelah utara dengan Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo.
Sumber : Solopos.com
Ada sedikitnya delapan warga yang mengembangkan usaha pembuatan keripik tempe di desa yang terkenal dengan Gunung Pegat-nya ini. Salah satu warga tersebut adalah Sakijo. Di rumahnya yang berada di Dusun Pojok, tiap hari Sakijo dibantu isterinya membuat keripik tempe dan beberapa jenis makanan kecil lain di antaranya keripik pisang.
“Kami sudah menjalankan usaha ini sejak sekitar 15 tahun lalu. Dari usaha inilah kami menghidupi keluarga dan membayai pendidikan ketiga anak kami. Memang hanya kecil-kecilan tapi ini telah menjadi sumber penghidupan kami,” ungkap Ny Sakijo, saat ditemui Espos di rumahnya, Minggu (31/7/2011).
Ny Sakijo menambahkan selama kurun waktu 15 tahun menjalankan usaha keripik tempe itu, ia telah mendapat pangsa pasar tidak hanya di lingkungan sekitar tetapi juga merambah ke sejumlah kecamatan lain. Tiap hari, Ny Sakijo mengaku menghabiskan sekitar 5 kg kedelai yang dibuatnya menjadi tempe kemudian dibuat keripik. Jumlah produksi itu akan meningkat menjadi 8 kg/hari ketika semakin mendekati Lebaran.
Kepala Desa Ngadiroyo, Suharno, saat ditemui Espos di kediamannya, kemarin mengungkapkan dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan untuk pertanian, penduduk di desanya yang berjumlah 692 keluarga (2.050 jiwa) itu memang banyak yang mengandalkan penghidupan dari industri kecil.
“Di desa ini ada yang menjadi pengusaha keripik tempe maupun tempe sayur, industri tahu, rempeyek dan sejumlah jenis makanan kecil lain. Semuanya memang masih sebatas industri rumah tangga,” katanya.
Potensi lainnya, kata Suharno, berupa hasil palawija seperti kacang dan ketela pohon. Perikanan juga cukup memberi harapan. Ada beberapa puluh warga yang mengandalkan hidup dengan menjadi nelayan di perairan Waduk Gajah Mungkur, yang berjarak cukup dekat dengan desa itu di sebelah barat.
“Baru-baru ini nelayan kami mendapat bantuan dua buah perahu dan beberapa jaring. Kami mengupayakan untuk mendapat bantuan lagi agar nelayan cukup terbantu,” kata Suharno.
Desa Ngadiroyo terdiri atas delapan dusun, yakni Sengon, Pencol, Pojok, Ngadiroyo, Rejosari, Tritis, Ngelo dan Serayu. Di sebelah selatan, desa ini berbatasan dengan Desa Bumiharjo, sebelah timur dengan Desa Ngadipiro, sebelah barat dengan Desa Pondoksari dan sebelah utara dengan Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo.
Sumber : Solopos.com
Posting Komentar