Janggelan Dari Karang Tengah
Mungkin tak banyak yang tahu dengan tanaman bernama janggelan. Tanaman
itu biasanya digunakan untuk membuat agar-agar sebagai pelengkap
berbagai jenis minuman. Tanaman tersebut menjadi sumber mata pencaharian
pokok bagi para petani di Kecamatan Karang Tengah, Wonogiri.
Wilayah yang memiliki kontur tanah tertinggi di seluruh Wonogiri dan berhawa dingin itu rupanya membuat tanaman ini tumbuh subur. Petani biasanya memanen tanaman janggelan ini tiap tiga bulan sekali. Sayang, sejak satu bulan lalu harga jual mengalami penurunan dibanding biasanya.
Namun demikian, harga jual tanaman janggelan ini memiliki siklus tiap lima tahun sekali. Biasanya, tiap lima tahun sekali harga jual janggelan mencapai harga tinggi. Para petani di sana juga tidak ada yang tahu persis kenapa bisa seperti itu.
Karinem (50), salah satu petani asal Ngumbul, Gading, Purwoharjo, Karang Tengah mengutarakan untuk harga per kilo daun rontokan saja bisa mencapai Rp 10.000 per kilogramnya. Untuk batang dan daun mencapai Rp 15.000 per kilonya. Dari lahan Karinem sendiri biasanya sekali panen bisa mencapai satu ton tanaman janggelan, baik berupa daun atau dengan batang.
“Kalau tahun ini harganya baru turun, Mas. Tidak laku, wong hanya Rp 5.000 per kilonya. Itu pun sudah sekalian batang dan daun,” ujarnya sembari menata ikatan tanaman janggelan yang baru saja dijemurnya Sabtu (10/7) sore lalu.
Menurut penuturan Karinem, turunnya harga janggelan kemungkinan karena curah hujan yang masih tinggi. Semakin sering hujan, tanaman janggelan semakin subur, sehingga panenan melimpah. “Ya, mungkin karena panen banyak, harganya jadi anjlok. Jadinya sekarang banyak stok,” ujarnya.
Beberapa bulan lalu, petani di sana mendengar kabar menggembirakan, yakni bakal datangnya investor dari Jakarta yang akan membangun pabrik pengolahan tanaman janggelan. Tapi sampai sekarang belum juga ada kejelasan mengenai informasi tersebut.
Karinem dan rekan-rekan petani lainnya biasanya menjual hasil panenan janggelan ke pengepul yang ada di beberapa kecamatan. Di antaranya di Kecamatan Jatipuro (Karanganyar), Kecamatan Bulukerto dan Purwantoro serta Kecamatan Ngadirojo di Wonogiri.
“Andalan petani di sini ya janggelan ini, Mas. Kalau musim kemarau kita mengandalkan singkong dan padi,” lanjutnya. (Eko Sudarsono)
Sumber : harianjoglosemar.com
Wilayah yang memiliki kontur tanah tertinggi di seluruh Wonogiri dan berhawa dingin itu rupanya membuat tanaman ini tumbuh subur. Petani biasanya memanen tanaman janggelan ini tiap tiga bulan sekali. Sayang, sejak satu bulan lalu harga jual mengalami penurunan dibanding biasanya.
Namun demikian, harga jual tanaman janggelan ini memiliki siklus tiap lima tahun sekali. Biasanya, tiap lima tahun sekali harga jual janggelan mencapai harga tinggi. Para petani di sana juga tidak ada yang tahu persis kenapa bisa seperti itu.
Karinem (50), salah satu petani asal Ngumbul, Gading, Purwoharjo, Karang Tengah mengutarakan untuk harga per kilo daun rontokan saja bisa mencapai Rp 10.000 per kilogramnya. Untuk batang dan daun mencapai Rp 15.000 per kilonya. Dari lahan Karinem sendiri biasanya sekali panen bisa mencapai satu ton tanaman janggelan, baik berupa daun atau dengan batang.
“Kalau tahun ini harganya baru turun, Mas. Tidak laku, wong hanya Rp 5.000 per kilonya. Itu pun sudah sekalian batang dan daun,” ujarnya sembari menata ikatan tanaman janggelan yang baru saja dijemurnya Sabtu (10/7) sore lalu.
Menurut penuturan Karinem, turunnya harga janggelan kemungkinan karena curah hujan yang masih tinggi. Semakin sering hujan, tanaman janggelan semakin subur, sehingga panenan melimpah. “Ya, mungkin karena panen banyak, harganya jadi anjlok. Jadinya sekarang banyak stok,” ujarnya.
Beberapa bulan lalu, petani di sana mendengar kabar menggembirakan, yakni bakal datangnya investor dari Jakarta yang akan membangun pabrik pengolahan tanaman janggelan. Tapi sampai sekarang belum juga ada kejelasan mengenai informasi tersebut.
Karinem dan rekan-rekan petani lainnya biasanya menjual hasil panenan janggelan ke pengepul yang ada di beberapa kecamatan. Di antaranya di Kecamatan Jatipuro (Karanganyar), Kecamatan Bulukerto dan Purwantoro serta Kecamatan Ngadirojo di Wonogiri.
“Andalan petani di sini ya janggelan ini, Mas. Kalau musim kemarau kita mengandalkan singkong dan padi,” lanjutnya. (Eko Sudarsono)
Sumber : harianjoglosemar.com
Posting Komentar